Harapan Baru, Pengobatan Tuberkulosis Resisten Obat Kini Hanya 6 Bulan

Sakti Setiawan
Rabu 04 September 2024, 06:53 WIB
Workshop Kampanye Panduan Pengobatan Baru TBC RO Berdurasi 6 Bulan (BPaL/M). (Sumber:  | Foto: Sakti)

Workshop Kampanye Panduan Pengobatan Baru TBC RO Berdurasi 6 Bulan (BPaL/M). (Sumber: | Foto: Sakti)

SEMARANG, INFOSEMARANG.COM - Didiagnosis menderita Tuberkulosis Resiten Obat atau biasa disebut TBC RO, jangan langsung putus asa karena membayangkan "penyiksaan" pengobatan yang bakal dijalani. Kini, dengan teknologi yang semakin maju, pengobatan TBC RO bisa dilakukan hanya dalam waktu enam bulan.

Hal itu diakui Ketua Yayasan Semar (Semangat Membara Berantas Tuberkulosis) Jawa Tengah, Diky Kurniawan, saat Workshop Kampanye Panduan Pengobatan Baru TBC RO Berdurasi 6 Bulan (BPaL/M), di Hotel Novotel, Selasa 3 September 2024. Dia menyebut, pengobatan ini memberi harapan baru bagi penderita TBC RO.

Diky mengisahkan, saat menjadi penyintas TBC RO pada 2014 lalu, dia mesti menjalani pengobatan selama dua tahun. Tak tanggung-tanggung, karena sudah kebal terhadap sejumlah obat TBC, obat yang dikonsumsinya sekali minum mencapai 26 butir, ditambah dengan obat suntik.

"Obatnya bisa semangkuk sekali minum. Waktu itu, mau tidak mau, suka tidak suka, harus dijalankan karena tujuannya untuk kesembuhan. Habis minum obat, saya 'kelenger' (tidur), tidak bisa ngapa-ngapain," ungkap Diky.

Berbeda dengan eranya, sekarang penderita TBC RO bisa mendapatkan pengobatan dengan jangka waktu lebih singkat, yakni enam bulan. Obat yang diminum juga lebih sedikit, hanya kisaran enam butir, dan efeknya tidak membuat tidur.

"Efek pengobatan yang dulu banyak, ada yang sampai gila, bahkan ada yang mau bunuh diri. Tapi sekarang tidak ada. Habis minum obat, bisa beraktivitas. Jadi jangan takut ketika divonis TBC RO. Meski sakit, tapi ada obatnya. Ini kemajuan baru, harapan baru pada penderita TBC RO," bebernya.

Kendati begitu, Diky berharap agar masyarakat memberikan dukungan kepada penderita TBC, untuk berobat hingga sembuh, mengingat TBC mudah menular, dan mengakibatkan kematian. Karenanya, jangan lagi mengucilkan atau mendiskriminasi penderita TBC.

Associate Director Yayasan KNCV Indonesia, dr Yeremia PM Runtu, mengajak seluruh pihak untuk menyosialisasikan pengobatan baru untuk penderita TBC RO. Sehingga, TBC di masyarakat dapat dieliminasi atau dihilangkan.

Ditambahkan, pengobatan baru BPaL/M, membuat penderitanya lebih nyaman, karena durasinya hanya enam bulan. Dan sebanyak 80-90 persen penderita TBC RO bisa diobati dengan cara itu.

"Kemajuan pengobatan baru untuk TBC

resisten obat, bisa dinikmati juga di

Jawa Tengah, khususnya di Kota Semarang," ungkap Yeremia.

Menurutnya, dulu TBC RO hanya ditemui pada penderita yang putus pengobatan karena ketidakpatuhan meminum obat, atau pada mereka yang pernah dinyatakan sembuh tapi kemudian kambuh, sehingga mereka resisten atau kebal terhadap obat. Namun kini, sudah ada penderita TBC RO yang primer, artinya dulu tidak pernah sakit TBC, tapi begitu terkena TBC langung menjadi resisten obat.

Mengapa hal itu bisa terjadi? Yeremia menjelaskan, hal tersebut mengingat penularan TBC dapat terjadi melalui udara atau airborne disease, yang kumannya bisa bermutasi menjadi lebih kuat. Tapi penularannya tetap sama, dari batuk, bersin, bicara.

"Jadi orang yang punya kuman di dalam tubuhnya 3B, ya batuk, bersin, bicara ke orang yang sehat. Pilihannya antara dia sakit, atau kumannya bisa hilang sama sekali. Nah, kalau dia sakit, kumannya itu yang berkembang biak yang bermutasi tadi ya. Dan dia tidak bisa diobati dengan obat-obatan lini pertama, melainkan diobati dengan lini selanjutnya," ujar Yeremia.

Lantas, apa dampak jika TBC tidak diobati hingga tuntas? Yeremia menyampaikan, dampak utama adalah kematian, bahkan kematian akibat TBC jumlahnya lebih banyak ketimbang Covid-19.

"Covid baru naik ya tiga-empat tahun terakhir, dan sekarang kita sudah nggak pandemi lagi, sudah endemis. Tapi tuberkulosis tetap jalan, ya 1 juta kematian di Indonesia setiap tahunnya.

Kalaupun bisa sembuh, tapi pengobatannya nggak tuntas,

menimbulkan kebal, resisten obat,

maka diobatinya lebih susah," tuturnya.

Dampak lain yang tak kalah penting, menurut Yeremia, adalah menurunkan produktivitas. Banyak penderita TBC yang kemudian dipecat, diceraikan pasangannya, bahkan diusir dari keluarganya.

"Jadi tuberkulosis bukan hanya isu kesehatan, tapi juga isu sosial ekonomi. Jadi dampaknya ke mana-mana TBC ini. Maka, kita harus cegah, dengan temukan (penderitanya), obati sampai sembuh (TOSS)," tandasnya.***

Follow Berita Info Semarang di Google News
Tags :
Berita Terkait
Berita Terkini
Bisnis29 April 2025, 20:42 WIB

Bank Mandiri Buka Tahun 2025 dengan Kinerja Cemerlang dan Langkah Berkelanjutan

Bank Mandiri terus memperkuat komitmen untuk menjaga pertumbuhan bisnis yang sehat di sepanjang awal 2025.
Paparan Kinerja Bank Mandiri  Triwulan I 2025 di Jakarta, Selasa 29 April 2025.
 (Sumber:  | Foto: Dok)
Semarang Raya29 April 2025, 11:35 WIB

Merry Riana Ajak Umat Keuskupan Agung Semarang Menjadikan Mimpi Sebagai Perjalanan dan Berkat

Dalam sesi talkshow, Merry membagikan cerita pengalaman hidupnya di Singapura, termasuk perjuangannya hingga berhasil meraih satu juta dolar pada usia 26 tahun.
Merry Riana mengisi talkshow inspiratif HUT ke-85 Keuskupan Agung Semarang. (Sumber:  | Foto: Sakti)
Semarang Raya27 April 2025, 17:16 WIB

Bandara Jenderal Ahmad Yani Resmi Menjadi Bandara Internasional, Ini Kata Wali Kota Semarang

Agustina berharap status baru tersebut dapat mempercepat arus wisatawan mancanegara, memperluas ekspor produk lokal, serta memperkuat posisi Kota Semarang.
Bandara A Yani Semarang. (Sumber:  | Foto: Dok)
Semarang Raya26 April 2025, 21:38 WIB

Semarak Ogoh-Ogoh di Semarang: Saat Toleransi dan Budaya Menari Bersama

Ogoh-ogoh raksasa berwarna-warni melintas megah di hadapan masyarakat, diiringi dentuman musik baleganjur yang memecah udara.
Festival seni budaya lintas agama dan pawai ogoh-ogoh  di Kota Semarang. (Sumber:  | Foto: Sakti)
Semarang Raya25 April 2025, 20:42 WIB

Sebanyak 2.324 PPPK dan 4 Dokter Ahli Dilantik Wali Kota Semarang

Wali Kota Semarang, Agustina, melantik 2.324 Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) dan 4 pejabat fungsional dokter ahli utama.
Pelantikan PPPK dan ASN Kota Semarang. (Sumber:  | Foto: Sakti)
Olahraga24 April 2025, 21:23 WIB

Kejurnas Golf Junior Indonesia Sukses Digelar di Semarang, Ajang Cetak Pegolf Muda Berprestasi

Kejurnas Golf Junior Indonesia 2025 sukses digelar di Semarang Royale Golf (SRG) dengan memunculkan berbagai pemenang dari berbagai kategori dan 87 peserta.
Pemenang Kejurnas Golf Junior Indonesia 2025 yang digelar di Semarang Royale Golf (SRG).
 (Sumber:  | Foto: Sakti)
Bisnis23 April 2025, 08:31 WIB

Grand Opening Elia Bake House Semarang: Sajikan Bolu Kukus Premium Istimewa

Bolu kukus hadir dalam versi lebih premium melalui kreasi terbaru dari Elia Bake House milik Emmanuel Ivan Purwanto.
Bolu Kukus Premium Istimewa.
 (Sumber:  | Foto: Sakti)
Semarang Raya21 April 2025, 19:08 WIB

Momen Hari Kartini, Wali Kota Semarang Raih Penghargaan Anugerah Puspa Bangsa

Penghargaan diberikan kepada para pemimpin perempuan yang memiliki kekuatan karakter dan menginspirasi banyak perempuan lainnya.
Wali Kota Semarang menerima penghargaan Anugerah Puspa Bangsa 2025 kategori Puspa Adidaya. (Sumber:  | Foto: Dok)
Semarang Raya18 April 2025, 05:54 WIB

Wali Kota Semarang Terus Dorong Sekolah Swasta Serahkan Ijazah Siswa yang Tertahan Karena Nunggak SPP

Agustina mengapresiasi 37 sekolah swasta mulai jenjang TK, SD hingga SMP yang sudah melakukan deklarasi dan menyerahkan ijazah tanpa meminta pembayaran tunggakan.
Agustina, Wali Kota Semarang. (Sumber:  | Foto: Dok)
Semarang Raya16 April 2025, 18:20 WIB

Wali Kota Semarang Agustina Beri Respon Cepat Aduan Masyarakat

Salah satunya yaitu keluhan tentang jalan rusak di Jalan Kuwasen Rejo - Kelurahan Pongangan, Kecamatan Gunungpati.
Penanganan jalan rusak di Jalan Kuwasen Rejo - Kelurahan Pongangan, Gunungpati. (Sumber:  | Foto: Sakti)