Batik Semarangan Condong Naturalis, Solo dan Yogya Lebih Simbolis

Sakti Setiawan
Jumat 31 Maret 2023, 14:44 WIB
Kampung Batik Semarang

Kampung Batik Semarang

INFOSEMARANG.COM-Bukan hal yang mudah untuk bisa menemukan jejak kejayaan batik di Semarang ini.

Di Kampung Batik sendiri, yang dahulu dikenal sebagai sentra, tidak ditemukan aktivitas ataupun peninggalan yang menggambarkan bahwa daerah itu sebelumnya adalah pusat batik semarangan.

Hanya ada satu rumah asli warga setempat, yang sedikit menunjukkan sisa-sisa kejayaan Kampung Batik, yakni di Jl Batik, Widoharjo. Rumah yang terbuat dari kayu tersebut belum dirombak sama sekali.

Di depannya terdapat beberapa motif ukir-ukiran, seperti motif batik pesisiran, yakni kotak-kotak dengan ukiran.

Baca Juga: Harga Redmi Note 12 Series di Indonesia, Mulai Rp 2 Jutaan

Hanya saja, tidak bisa diperoleh keterangan lebih terperinci, karena rumah tersebut kini sudah tidak ditempati warga asli dan mereka tidak tahu menahu tentang sejarah rumah yang dihuninya.

Menurut keterangan warga sekitar, dahulu rumah tersebut memang milik Usup, yang dikenal sebagai salah satu pembatik di kampung tersebut.

Namun, setelah meninggal, tidak ada lagi anak atau cucunya yang melanjutkan kegiatan membatik. Bahkan, rumah tersebut kini sudah ditempati orang lain.

Kampung Batik sendiri memang pernah menjadi salah satu sentra perajin batik pada zaman Belanda sampai dengan kedatangan Jepang pada tahun 1942.

Baca Juga: Gibran Rakabuming Sindir Balik FX Rudy soal Hasil Kinerja seusai Disebut Tak Paham Konstitusi

Menjelang kedatangan Jepang di Semarang, pemerintah Belanda di kota ini memberikan instruksi kepada penduduk agar membumihanguskan tempat-tempat yang memiliki potensi ekonomi.

Ada dugaan, Kampung Batik menjadi sasaran pembakaran, sehingga peralatan-peralatan dan kegiatan membatik sirna hingga sekarang.

Tak hanya Kampung Batik yang merupakan tempat perajin batik, tetapi juga Bugangan, Rejosari, Kulitan, Kampung Melayu, dan Kampung Darat, yang notabene adalah kampung-kampung yang terletak di sekitar pusat Kota Semarang tempo dulu.

Berdasarkan penelitian Dr Dewi Yuliati MA dari Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Undip, dahulu orang Semarang membatik untuk dipakai sendiri.

Baca Juga: 3 Wisata Sejarah Paling Hits di Kota Semarang, Yuk Intip di Sini

Dengan demikian, motif batik rakyat tergantung kepada keinginan, imajinasi, ekspresi, dan kreasi pembatik.

Perajin batik Semarang tidak pernah membakukan motif dan nama batik, seperti batik di Surakarta dan Yogjakarta. Sebut saja Sido Mukti, Sido Luhur, Sekar Jagat, Parang Kusumo, Parang Barong, dan sebagainya.

Umumnya orang Semarang tempo dulu membatik dengan motif naturalis (ikan, kupu-kupu, bunga, pohon, bukit, dan rumah), tidak simbolis seperti batik-batik di Surakarta dan Yogyakarta.

Motif naturalis menjadi ciri khas batik yang diproduksi oleh masyarakat pesisir utara Jawa.

Ciri itu dapat dimaknai sebagai karakter masyarakat pesisir, yang lebih terbuka dan ekspresionis jika dibandingkan dengan masyarakat di Surakarta dan Yogyakarta, yang lebih dilingkupi oleh sistem simbol, norma-norma, dan aturan-aturan di bawah kekuasaan raja.

“Warga di Semarang tempo dulu membuat batik hanya untuk dipakai sendiri, sangatlah sulit bagi peneliti untuk menemukan motif batik rakyat Semarang,” ungkap Dewi, yang sudah menelusuri sejarah batik semarangan sejak tahun 2002 itu.

Selain batik yang dipakai sendiri, ada penduduk Semarang tempo dulu yang memproduksi batik secara perusahaan. Pada awal abad ke-20 sampai dengan tahun 1970-an, di Semarang ada satu perusahaan batik besar yang bernama “Batikkerij Tan Kong Tin”.

Perusahaan batik tersebut terletak di Bugangan, milik orang Tionghoa peranakan bernama Tan Kong Tin, yang menikah dengan Raden Ayu Dinartiningsih, salah satu keturunan Hamengku Buwana III dari Yogyakarta.

Tan Kong Tin memperoleh keahlian membatik dari istrinya yang masih kerabat keraton Jogja tersebut. Dia adalah salah seorang putera dari Tan Siauw Liem, seorang tuan tanah di Semarang, yang mendapat gelar mayor dari pemerintah Hindia Belanda.

Keahlian dalam usaha batik diturunkan kepada puteri Tan Kong Tin, Raden Nganten Sri Murdijanti, yang meneruskan perusahaan Tan Kong Tin sampai dengan tahun 1970-an.

Setelah kemerdekaan RI, Raden Nganten Sri Murdijanti memperoleh hak monopoli batik untuk wilayah Jawa Tengah dari Gabungan Koperasi Batik Indonesia (GKBI).

“Batikkerij Tan Kong Tin” memiliki sejumlah pegawai, yakni carik (pembuat design motif batik), pembatik, dan tukang celup. Jumlah pembatik di perusahaan itu cukup banyak, berasal dari kampung-kampung Rejosari, Kintelan, Kampung Batik, Karang Doro, Mlaten Trenggulun, Kampung Darat, dan Layur. Jumlah produk batik disesuaikan dengan pesanan, jadi tidak diproduksi secara massal, mengingat pembuatannya sangat rumit dan memerlukan waktu lama (kira-kira satu bulan).

Pemesan batik pada masa kolonial Belanda adalah dari kalangan pejabat-pejabat pemerintahan, para turis, dan pedagang.

Produk-produk yang dipesan berupa jarit, selendang, dasi, dan topi.
Motif-motif batik “Batikkerij Tan Kong Tin” mengekspresikan perpaduan antara motif batik Yogyakarta dan pesisir. ***

Follow Berita Info Semarang di Google News
Berita Terkait
Berita Terkini
Bisnis29 April 2025, 20:42 WIB

Bank Mandiri Buka Tahun 2025 dengan Kinerja Cemerlang dan Langkah Berkelanjutan

Bank Mandiri terus memperkuat komitmen untuk menjaga pertumbuhan bisnis yang sehat di sepanjang awal 2025.
Paparan Kinerja Bank Mandiri  Triwulan I 2025 di Jakarta, Selasa 29 April 2025.
 (Sumber:  | Foto: Dok)
Semarang Raya29 April 2025, 11:35 WIB

Merry Riana Ajak Umat Keuskupan Agung Semarang Menjadikan Mimpi Sebagai Perjalanan dan Berkat

Dalam sesi talkshow, Merry membagikan cerita pengalaman hidupnya di Singapura, termasuk perjuangannya hingga berhasil meraih satu juta dolar pada usia 26 tahun.
Merry Riana mengisi talkshow inspiratif HUT ke-85 Keuskupan Agung Semarang. (Sumber:  | Foto: Sakti)
Semarang Raya27 April 2025, 17:16 WIB

Bandara Jenderal Ahmad Yani Resmi Menjadi Bandara Internasional, Ini Kata Wali Kota Semarang

Agustina berharap status baru tersebut dapat mempercepat arus wisatawan mancanegara, memperluas ekspor produk lokal, serta memperkuat posisi Kota Semarang.
Bandara A Yani Semarang. (Sumber:  | Foto: Dok)
Semarang Raya26 April 2025, 21:38 WIB

Semarak Ogoh-Ogoh di Semarang: Saat Toleransi dan Budaya Menari Bersama

Ogoh-ogoh raksasa berwarna-warni melintas megah di hadapan masyarakat, diiringi dentuman musik baleganjur yang memecah udara.
Festival seni budaya lintas agama dan pawai ogoh-ogoh  di Kota Semarang. (Sumber:  | Foto: Sakti)
Semarang Raya25 April 2025, 20:42 WIB

Sebanyak 2.324 PPPK dan 4 Dokter Ahli Dilantik Wali Kota Semarang

Wali Kota Semarang, Agustina, melantik 2.324 Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) dan 4 pejabat fungsional dokter ahli utama.
Pelantikan PPPK dan ASN Kota Semarang. (Sumber:  | Foto: Sakti)
Olahraga24 April 2025, 21:23 WIB

Kejurnas Golf Junior Indonesia Sukses Digelar di Semarang, Ajang Cetak Pegolf Muda Berprestasi

Kejurnas Golf Junior Indonesia 2025 sukses digelar di Semarang Royale Golf (SRG) dengan memunculkan berbagai pemenang dari berbagai kategori dan 87 peserta.
Pemenang Kejurnas Golf Junior Indonesia 2025 yang digelar di Semarang Royale Golf (SRG).
 (Sumber:  | Foto: Sakti)
Bisnis23 April 2025, 08:31 WIB

Grand Opening Elia Bake House Semarang: Sajikan Bolu Kukus Premium Istimewa

Bolu kukus hadir dalam versi lebih premium melalui kreasi terbaru dari Elia Bake House milik Emmanuel Ivan Purwanto.
Bolu Kukus Premium Istimewa.
 (Sumber:  | Foto: Sakti)
Semarang Raya21 April 2025, 19:08 WIB

Momen Hari Kartini, Wali Kota Semarang Raih Penghargaan Anugerah Puspa Bangsa

Penghargaan diberikan kepada para pemimpin perempuan yang memiliki kekuatan karakter dan menginspirasi banyak perempuan lainnya.
Wali Kota Semarang menerima penghargaan Anugerah Puspa Bangsa 2025 kategori Puspa Adidaya. (Sumber:  | Foto: Dok)
Semarang Raya18 April 2025, 05:54 WIB

Wali Kota Semarang Terus Dorong Sekolah Swasta Serahkan Ijazah Siswa yang Tertahan Karena Nunggak SPP

Agustina mengapresiasi 37 sekolah swasta mulai jenjang TK, SD hingga SMP yang sudah melakukan deklarasi dan menyerahkan ijazah tanpa meminta pembayaran tunggakan.
Agustina, Wali Kota Semarang. (Sumber:  | Foto: Dok)
Semarang Raya16 April 2025, 18:20 WIB

Wali Kota Semarang Agustina Beri Respon Cepat Aduan Masyarakat

Salah satunya yaitu keluhan tentang jalan rusak di Jalan Kuwasen Rejo - Kelurahan Pongangan, Kecamatan Gunungpati.
Penanganan jalan rusak di Jalan Kuwasen Rejo - Kelurahan Pongangan, Gunungpati. (Sumber:  | Foto: Sakti)